Thursday, September 29, 2011

Kebudayaan zaman perunggu dan zaman megalithikum

Kebudayaan Zaman Logam
Dengan berkembangnya tingkat berpikir manusia, maka manusia tidak hanya menggunakan bahan-bahan dari batu untuk membuat alat-alat kehidupannya, tetapi juga mempergunakan bahan dari logam yaitu perunggu dan besi untuk membuat alat-alat yang diperlukan.
Seperti yang pernah Anda pelajari pada modul 1 kegiatan belajar 3 bahwa dengan adanya migrasi bangsa Deutro Melayu/Melayu muda ke Indonesia maka masyarakat prasejarah Indonesia mengenal logam perunggu dan besi secara bersamaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kebudayaan logam yang dikenal di Indonesia berasal dari Dongson, nama kota kuno di Tonkin yang menjadi pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Karena itu kebudayaan perunggu di Indonesia disebut juga dengan Kebudayaan Dongson (Vietnam).
Munculnya kepandaian mempergunakan bahan logam, tentu dikuti dengan kemahiran teknologi yang disebut perundagian, karena logam tidak dapat dipukul-pukul atau dipecah seperti batu untuk mendapatkan alat yang dikehendaki, melainkan harus dilebur terlebih dahulu baru kemudian dicetak.
Teknik pembuatan alat-alat perunggu pada zaman prasejarah terdiri dari 2 cara yaitu:
1. Teknik a cire perdue atau cetakan lilin, caranya adalah membuat bentuk benda yang dikehendaki dengan lilin, setelah membuat model dari lilin maka ditutup dengan menggunakan tanah, dan dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk selanjutnya melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang dikehendaki.
2. Teknik bivalve atau setangkap, caranya yaitu menggunakan cetakan yang ditangkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut terbuat dari batu ataupun kayu.
.
a. Kapak Corong
Pada dasarnya bentuk bagian tajamnya kapak corong tidak jauh berbeda dengan kapak batu, hanya bagian tangkainya yang berbentuk corong. Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu .
Kapak corong disebut juga kapak sepatu, karena seolah-olah kapak disamakan dengan sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki.

Gambar 11. Kapak Corong.
Pada dasarnya bentuk kapak corong sangat beragam jenisnya, salah satunya ada yang panjang satu sisinya yang disebut dengan candrosa yang bentuknya sangat indah dan dilengkapi dengan hiasan.
Untuk mengetahui bentuk candrasa, silahkan Anda amati gambar 12 berikut ini.

Kalau dilihat dari bentuknya, tentu candrosa tidak berfungsi sebagai alat pertanian/pertukangan tetapi fungsinya diduga sebagai tAnda kebesaran kepala suku dan alat upacara keagamaan. Hal ini karena bentuknya yang indah dan penuh dengan hiasan.
Daerah penyebaran kapak corong di Indonesia adalah Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, pulau Selayar serta Irian dekat Danau Sentani.

b. Nekara
Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel, karena bentuknya semacam berumbung, yang terbuat dari perunggu yang berpinggang dibagian tengahnya, dan sisi atasnya tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci.
Di daerah asalnya Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status, sehingga apabila pemilikya meninggal, maka dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur.
Sedangkan di Indonesia nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja antara lain ditabuh untuk memanggil arwah/roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang dan dipakai sebagai alat memanggil hujan.
Daerah penemuan Nekara di Indonesia antara lain, pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Sumbawa, Pulau Sangean, Pulau Roti dan pulau Kei serta pulau Selayar.
Di antara nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat prasejarah. Pada umunya nekara yang ditemukan di Indonesia ukurannya besar-besar, contoh nekara yang ditemukan di desa Intaran daerah Pejeng Bali, memiliki ketinggian 1,86 meter dengan garis tengahnya 1,60 meter, nekara tersebut dianggap suci, sehingga ditempatkan di Pure Penataran Sasih. Dalam bahasa bali sasih artinya bulan, maka nekara tersebut dinamakan nekara Bulan Pejeng.
Nekara yang ditemukan di pulau Alor selain bentuknya kecil juga ramping, disebut dengan Moko. Fungsi Moko selain sebagai benda pusaka, juga dipergunakan sebagai mas kawin atau jujur.

Untuk mengetahui bentuk moko dan nekara, silahkan Anda amati gambar 13 berikut ini.

Nekara yang ditemukan di Indonesia tidak semua berasal dari daratan Asia, tetapi ada pula yang berasal dari Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan penemuan cetakan nekara yang terbuat dari batu di desa Manuaba, Bali. Dan cetakan tersebut kini disimpan di dalam pure desa tersebut.

c. Arca perunggu
Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logam memiliki bentuk beranekaragam, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang.
Pada umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai Liontin/bandul kalung.

Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalah Bangkinang (Riau), Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor).


d. Bejana Perunggu
Bejana perunggu di Indonesia ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura, yang bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.






e. Perhiasan Perunggu
Jenis perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragam bentuknya yaitu seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandul kalung dan cincin. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapat cincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil dari lingkaran jari anak-anak. Untuk itu para ahli menduga fungsinya sebagai alat tukar (mata uang).
Daerah penemuan perhiasan perunggu di Indonesia adalah Bogor, Malang dan Bali.


f. Manik manik
Manik -manik yang berasal dari jaman perunggu ditemukan dalam jumlah yang besar sebagai bekal kubur, sehingga memberikan corak istimewa pada zaman perunggu.


Pada zaman logam di samping berkembang kebudayaan perunggu, juga terdapat alat-alat kehidupan yang terbuat dari besi, walaupun jumlahnya tidak banyak.
Jenis barang yang terbuat dari besi tersebut antara lain kapak, sabit, pisau, cangkul, pedang, tongkat dan tembilang.
Daerah penemuan benda tersebut antara lain Bogor, Wonosari, Ponorogo dan Besuki.




Megalithikum
• Menhir
Menhir adalah batu tunggal (monolith) yang berasal dari periode Neolitikum (6000/4000 SM-2000 SM) yang berdiri tegak di atas tanah. Istilah menhir diambil dari bahasa Keltik dari kata men (batu) dan hir (panjang).Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah.Diperkirakan benda prasejarah ini didirikan oleh manusia prasejarah untuk melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan untuk bumi.
Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech, merupakan batuan dari periode Neolitikum yang umum ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Batu-batu ini dinamakan juga megalith (batu besar) dikarenakan ukurannya.Mega dalam bahasa Yunani artinya besar dan lith berarti batu.Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini digunakan untuk tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang








• Dolmen
Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu. Dolmen yang merupakan tempat pemujaan misalnya ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang mempunyai panjang 325 cm, lebar 145 cm, tinggi 115 cm ini disangga oleh beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian tidak menunjukkan adanya sisa-sisa penguburan. Benda-benda yang ditemukan di antaranya adalah manik-manik dan gerabah. pada umumnya dolmen banyak ditemukan di Jawa Timur dan Sumatera Selatan




• Sarkofagus adalah suatu tempat untuk menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya dibuat dari batu. Kata "sarkofaus" berasal dari bahasa Yunani σάρξ (sarx, "daging") dan φαγεῖνειν (phagein,"memakan"), dengan demikian sarkofagus bermakna "memakan daging".
Sarkofagus sering disimpan di atas tanah oleh karena itu sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa yang lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di Mesir kuno, sarkofagus merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan kadang-kadang dipahat dengan alabaster.







• Waruga
Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga seperti bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.










• Punden Berundak Undak
Punden berundak merupakan contoh struktur tertua buatan manusia yang tersisa di Indonesia, beberapa dari struktur tersebut beranggal lebih dari 2000 tahun yang lalu. Punden berundak bukan merupakan “bangunan” tetapi merupakan pengubahan bentang-lahan atau undak-undakan yang memotong lereng bukit, seperti tangga raksasa. Bahan utamanya tanah, bahan pembantunya batu.




• Arca Batu
Arca Batu adalah Arca atau patung patung peninggalan zaman Megalithikum yang terbuat dari batu yg dipahat.

No comments:

Post a Comment